Sesi perburuan kami yang pertama dengan traditional bow adalah pada tanggal 11 January 2015 di Jawa Timur. Informasi yang kami dapatkan sehari sebelumnya adalah ditemukan banyak jejak kaki baru babi hutan dan rusaknya tanaman jagung petani yang ditanam di dalam hutan dan pinggir hutan. Bahkan ditemukan jejak kaki babi yang diperkirakan beratnya 1 kwintal menurut guide lokal. Salah satu teman kami yang nama dan foto nya minta di anonymous kan yang melakukan survey lokasi pada tanggal 10 January 2015 untuk pemetaan area sebaran buruan. Walaupun menurut guide lokal yang akan kami sewa saat ideal untuk berburu di lokasi ini adalah pada musim kemarau dimana semua tanaman kecil, rumput ilalang sudah kering dan terbakar dengan sendirinya sehingga hanya berdiri pohon pohon saja dan kondisi itu yang sangat membantu proses perburuan, karena target akan terlihat jelas walaupun dari kejauhan, dibandingkan kondisi sekarang yang hutan benar-benar rimbun dengan tumbuhan pendek yang menguntungkan bagi babi hutan untuk bersembunyi, namun karena semangat kami sudah membara kami bertekad untuk berangkat berburu pada tanggal 11 Januari 2015, karena ini akan menjadi pengalaman pertama kami.
Dari Sidoarjo saya sekeluarga dengan mobil kami berangkat menuju desa kecil yang nanti akan dijemput oleh teman saya yang sudah di lokasi sejak kemarin nya. Perjalanan dari Sidoarjo ke desa tersebut ditempuh kurang lebih 3,5 jam berangkat pukul 5 pagi setelah sholat subuh. Sesampai di desa tersebut kami sarapan pagi di warung soto ayam. Kemudian melanjutkan perjalanan sejauh kurang lebih 45 menit dari desa itu ke base camp di dekat mulut hutan.



Sesampai di base camp, kami langsung bersiap-siap masuk ke dalam hutan. Tepat pukul 10 kami berangkat masuk hutan, bow hunters yang masuk ada 3 orang, saya, istri saya dan teman kami (teman kami membawa 1 teman juga yang sepanjang hari ikut masuk hutan tetapi hanya bertugas sebagai orang yang menemani). Sedangkan guide ada 1 orang yang ditemani oleh 3 orang tim hurak hurak. Metode berburu yang disarankan oleh guide kita ini adalah 3 bow hunters disebar di 3 titik yang agak berjauhan walaupun tidak terlalu jauh, kemudian tim hurak hurak ini akan start dari sisi lain hutan dan menghurak-hurak agar babi lari ke arah kami dan kami bisa memanahnya. Kenapa harus demikian? Karena lebatnya hutan di musim penghujan ini, jadi hanya itulah satu-satunya cara berburu di musim penghujan dan itupun sulitnya luar biasa, karena lebatnya tumbuhan tempat bersembunyi si babi.
Perlengkapan berburu saya
Sedang menunggu tim hurak hurak melakukan tugasnya dan berharap ada babi lewat di depan saya
Sedang menunggu tim hurak hurak melakukan tugasnya dan berharap ada babi lewat di depan saya
Cara seperti itu dilakukan berulang-ulang, jika tim hurak hurak sudah sampai di tempat kita menunggu dan tidak ada hasil, maka kami akan masuk hutan semakin dalam dan melakukan hal yang sama berulang-ulang, total yg saya ingat kita melakukan hal semacam ini sebanyak 11x pagi - sore.
Lebatnya hutan seperti ini yang menguntungkan bagi si target
Menurut si guide, pada musim kemarau tumbuhan di hutan pada kering dan terbakar, sehingga tidak ada lagi makanan bagi babi hutan, dan mereka akan keluar hutan memakani jagung milik petani, sehingga memudahkan kami untuk menunggu babi, dan juga dengan tidak adanya tanaman-tanaman yang lebat ini akan memudahkan untuk melihat jelas babi dari jarak jauh sekalipun.
Si guide saat istirahat sedang melinting rokok...
Kenikmatan bisa berada di alam seperti ini mengalahkan semua rasa penat dan lelah berjalan seharian keluar masuk hutan dan naik turun bukit
Alex saat menunggu di base camp
Perburuan kami di hari itu dibagi menjadi 2 sesi, sesi pagi dari pukul 10:00-13:00 kemudian kami kembali ke base camp untuk sholat dan makan siang, kemudian sesi 2 dari pukul 15:00-17:30. Pada sesi pertama semua 6 anak saya menunggu dan main di base camp, dan juga diberi tugas observasi dan identifikasi alam sekitar base camp oleh teman saya yang lulusan ITS. Pada sesi kedua (sore hari), Alex, Prince dan Angel minta ikut masuk hutan, Alex dan Prince menemani saya saat nyanggong, sedangkan Angel menemani mamanya saat nyanggong. Sebetulnya mereka bertiga sudah minta masuk hutan sejak pagi tadi, tetapi saya ingin memastikan hutannya cukup aman untuk mereka baru saya izinkan mereka ikut masuk.
Tidur sejenak setelah makan siang dan sholat dhuhur - ashar di jama' qoshor
Saat istirahat di tengah sesi 2 sore hari
Sampai dengan penghujung hari di sesi kedua, kami tidak berhasil melihat 1 ekor babi pun, walaupun istri saya sempat mendengar suara grook.. grookk di belakangnya saat nyanggong... dan teman saya mengaku melihat kelebatan hitam-hitam dan suara kresek-kresek geseran tanaman dengan sesuatu... tapi saking cepatnya tidak sempat melepaskan anak panah dan lagi pula sangat tidak dianjurkan melepaskan anak panah saat tidak yakin itu apa.
Mungkin perburuan kami hari itu tidak mendapatkan hasil yang diharapkan, tetapi bisa berada di alam dan ber-adventure sudah memberikan kenikmatan tersendiri bagi kami, rasa lelah, capek, pegal-pegal dan merasa dikalahkan oleh si babi tidak mengecilkan hati kami untuk berbangga bisa meluangkan waktu bersama keluarga melakukan passion kami bersama-sama.
Prince dan Alex, dalam perjalanan pulang menuju base camp
Si guide menyarankan saya untuk kembali mencoba berburu di lokasi ini saat musim kemarau bulan Mei nanti, insya Allah dengan kondisi yang menguntungkan dan jika populasi babi masih banyak, perburuan di musim kemarau akan berujung keberhasilan.